Jumat, 28 September 2012

Kapal feri Merak - Bakauheni

Encik Beko: murid2, biarkan dulu sejenak encik menangis..hiks...hiks
murid2: knp galau encik?
Encik: encik sedih dgn musibah tabrakan kapal fery di Merak-Bakauhuni
murid2: ada saudara encik turut jadi korban?
Encik: tidak sama sekali. Bahkan tak ada yg encik kenal
murid: jd knp sampai sedih encik?
Encik: ima hamu, tidak ada solidaritas sesama. Kesedihan orang lain, yg bahkan kita tidak kenal, adalah juga kesedihan kita bersama. Itu tercermin dalam falsafah pancasila. Coba kau Mongas, kesedihan encik tadi selaras dalam sila ke berapa.
Mongas: sila ke tiga encik, yaitu persatuan Indonesia.
Encik: sebelum kudoltuk ulumi, kasih alasan.
Mongas: artinya kita bersatu dalam satu partinaonan.
Encik: kaluarrrr...tarui aek sian jabuni vorhanger asa marisi bak wc singkola. Ok, di danau toba juga ada kapal fery. Tp syukurlah, hingga saat ini belum pernah mengalami musibah. Coba kau Baluhap, ada pengalaman sedihmu di tao toba? Misalnya, kapal yg kau tompangi hampir tabrakan?
Baluhap: ada encik. Tp bukan tabrakan. Saya jatuh dari kapal waktu duduk2 sendirian di belakang. tp tak ada yg tau. Saya teriak2 minta tolong tak ada yg dengar. Sementara kapal sudah jauh. Saya berenang.
Encik: bah, songon na tabo do caritamon. Trus, kau selamat sampai ke darat?
Baluhap: belum encik, masih ada rintangan berat. Kaki saya dililit lumut sehingga saya sulit bergerak. Saya coba patahkan dgn kedua tangan tp tak bisa.
Encik: lalu bagaimana caranya sehingga km bisa bebas.
Baluhap: krn lilitan lumut itu begitu kuat dan keras, saya segera ke rumah ambil parang. Nah, barulah dgn parang itu, lumut bisa saya patahkan.
Encik: narittikkkkkkkkkkkkkkkkkk

(sumber : Sarido Ambarita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar